JellyPages.com
Powered By Blogger

Sabtu, 26 Maret 2011

Lebih dari Indah

bergetar hati ini saat mengingat dirimu


mungkin saja diri ini tak terlihat olehmu


aku pahami itu

***

bagaimana caranya agar kamu tahu bahwa


kau lebih dari indah di dalam hati ini


lewat lagu ini ku ingin kamu mengerti


aku sayang kamu, ku ingin bersamamu

***

meski ku tak pernah tahu kapan kau kan mengerti


ku coba tuk berharap







Selasa, 22 Maret 2011

uda ga pernah ngeblog lagi.

Kamis, 03 Maret 2011

cinta sejati



“Tha…”. Terdengar suara yang tak asing lagi bagiku.

“Ha? Apa?!”. Suaranya terdengar samar bersama kicauan burung dan desiran suara ombak.

“Nitha kan??!!”. Pekiknya kuat.

Aku menoleh kebawah pohon, seraya meyipitkan mata, seorang cowok bertubuh tegap memandangku.

“Apa kau masih mengingatku?”. Ia tersenyum simpul.

“Apakah kau… kau… icho…Rycho?? Ha?? Rycho si kutu buku?!!!”.

“Rycho tersenyum, “Iaa!! Aku naik ya tha.”

“Aku sangat merindukanmu…” bisikku.

“Aku juga, boncelku.. Bolehkan aku menemanimu disini?”

“Duduk saja,bodoh! Memangnya ini cuma milikku!”. Aku menyambut hangat dan lelucon.

“HuH..!!”. Ia mengacak rambutku.

Perasaan senang, takut bercampur didalam hati. Sun Rycho adalah cowok yang sudah ku taksir sejak 15 tahun lalu, dan bahkan sampai saat ini. Sekarang aku sudah tamat dari fakultas psikologi, berkat beasiswa yang kudapat dari universitas ternama dikota ini. Dia adalah sahabat masa kecilku. Setiap hari kami selalu bersama. Dengan sepeda yang berwarna pink dan biru itu, kami berangkat kesekolah. Rumah pohon yang kami hiasi dengan coret-coretan adalah tempat istirahat ketika kami sudah mulai letih bermain dipantai dan kami menyebutnya istana. Sudah 8 tahun aku tak berjumpa dengannya, dan sekarang Rycho yang keliatan kutu buku sudah berubah jadi sosok cowok yang gagah dan sangat tampan. Aku hampir tak mengenalinya lagi. Kabar terakhir yang aku dengar tentangnya adalah, pertunangannya dengan kekasihnya yang seorang model terkenal. Membuatku selalu sedih setiap mengigat hal itu.

“Sedang apa kau disini? Aku sering sekali memperhatikanmu, duduk disini.”

“Ha? Sering memperhatikanku?! Benarkah..?!!”. Jantungku berdetup kencang.

“Nitha?”

“Ha? Ya cho??”. Aku kaget.

Rycho tertawa. “Kau melamunin apa? Aku tadi bicara, tidak didengar ya?”

“Ha? Aduh.. Bukan..”. Aku menyengir asam. “Kadang-kadang memang terjadi kesalahan koneksi diotak. Little-little korslet! Hehe.. Tadi nanya apa??”.

Rycho tertawa renyah, “Kau ini ternyata tidak berubah juga ya.” Lanjutnya tertawa lagi. “Aku tadi bilang, kenapa kau sering duduk disini? Apakah karena waktu kita kecil, kita sering bermain disini?”

“Kau masih mengingatnya??”

“Iya dong, bagaimana aku bisa lupa.aku menghabiskan masa kecilku disini.”

“Hahaa.. Kau ini ! Nitha yang dulunya kumel uda berubah menjadi feminim gini yah? Haaa..” Rycho menarik nafasnya kuat. “Aku benar-benar merindukan istana dan dermaga itu.”

Aku memandanginya dengan kagum, “Kau benar-benar sangat tampan, cho! Tentu saja, hidup mu sudah bahagia sekarang…”. Batinku.


Kami mengobrol panjang tentang sekolah kami dan keluargaku,sambil berjalan santai ke dermaga pantai yang tidak jauh dari istana kami. Kerinduanku akan kehadirannya, sudah terpenuhi. Aku sangat senang sekali. Sudah lama aku menunggu kedatangannya kesini.

“Kau bawa apa,cho? Ada makanan, tidak? Aku lapar. “

“Kau lapar? Tunggu, sebelum kita makan, Hmmmm.. Aku ingin memberikan sesuatu tapi tutup matamu, ya..?”.

“Apaan ?!”.

“Tutup sajalah, tunggu sampai aku kasih aba-aba, baru dibuka..” Rycho mengedipkan matanya ke arahku.

“Oke..” Dengan rasa penasaran, aku menutup mataku. “Apaan sih?”.

“Sabar..”. Rycho mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Nah, sekarang buka matamu..”

Aku terdiam beberapa saat lalu terperanjat, “Oh, TUHAN!!! Aku sangat terkejut melihat Rycho memberikan aku sebuah boneka lucu yang berwarna kuning.

“Hehe.. Dari dulu aku sering melihatmu di pinggir jalan sedang memperhatikan boneka ini disebuah toko. Setiap kita pulang sekolah, pasti kau akan berdiri untuk beberapa saat, dan tersenyum sendirian.”

“Hm.. pantas saja, ketika boneka ini sudaj tidak ada di toko itu lagi, aku sedih.. ternyata kau yang beli ya? Haha..”

“Ya.. aku mengumpulkan uang jajanku dan membelikannya untukmu..” Rycho tersenyum lagi.

“Makasih yah icho.. Makasih sekali..”

Rycho mengangguk pelan. “Itu sudah ku simpan, sejak lama. Namun, karena rencana pindah rumah yang mendadak hari itu, membuatku tak sempat memberikannya padamu.”

“Benarkah ?!”

“Iya,” Rycho kemudian melingkarkan tangannya dikedua lutut yang ditekuknya. “Bahkan mengucapkan salam perpisahan padamu saja, aku tak sempat.”

“Iya, aku sedih sekali waktu mengetahui kau sudah pergi dan tanpa pamit denganku. Aku berpikir takkan pernah bisa bertemu denganmu lagi. Aku selalu menunggumu diistana dan dermaga ini, berharap kau datang mengejutkanku. Sudah 15 tahun aku merindukannya.”

Rycho tersenyum, “Sekarang kau tak perlu sedih lagi, aku sudah disini. Dan takkan pergi lagi meninggalkanmu, tanpa pamit denganmu.”

“Oh Ya Nta..ada yang harus ku katakana padamu. Mungkin aku harus jujur sekarang, kita kan sudah sama-sama dewasa. Sebenarnya aku sangat mencintaimu..” Rycho memandangku tanpa berkedip sedikitpun.

“Ha ??”. jantungku berdetup kencang, rasanya roh ku tak lagi ditempat. Aku berkeringat dingin dan hawa disekitarku terasa panas.

Aku tertawa nyegir, “Ah.. Kau ini. Becanda yang serius amat.”

Rycho menatap lekat-lekat mataku. “mungkin terdengar sedikit konyol, tapi aku benar-benar mencintaimu.”

“Ba..Bagaimana kamu bisa mencintaiku??”. Tanyaku gugup.

“Entahlah. Aku sudah lupa bagaimana. Karena, aku sudah sangat lama mencintaimu. Kaulah cinta pertamaku. “

“Apa?! Jadi bagaimana dengan Tiar ?? Bukankah ia tunanganmu ??”.

“Tiar?! Darimana kau tahu tentang dia ?”. Rycho kaget.

“Bagaimana aku tidak tahu! Tunanganmu itu kan model terkenal ! Setiap ada pemberitaan baru tentangnya, pasti langsung dimuat di tabloid!”

“Iya sih, statusnya memang tunanganku. Tapi untuk penghuni hatiku.. bukanlah dia.”

“Ja..jadi?”

“Begini,kau tau kan ibu ku, pekerja kepercayaan di rumah seorang yang kaya raya? Nah, sewaktu mereka ingin pindah ke Amerika, mereka berniat mengajak ibuku. Ibuku sempat menolak, karena ia tak ingin pergi meninggalkan kampung ini, namun orang kaya itu terus membujuknya, hingga akhirnya kami pindah.

“Sebelumya beberapa kali, aku pernah bermain di rumah orang kaya itu. Mereka memiliki seorang anak perempuan tunggal bernama Tiar, tunanganku sekarang. Aku berteman baik dengannya, hingga waktu aku pindah dan meninggalkanmu aku tidak terlalu sedih lagi.”

“Setelah kami pindah, kami tinggal dirumah yang sama di Amerika. Cuma kamarku dan ibuku di paling Belakang. Aku dikuliahkan satu kampus dengan Tiar di Jurusan Bisnis. Aku sudah menolak, namun karena Tiar terus memaksa ibunya agar satu kuliah denganku, akhirnya mereka terus membujukku agar aku mau. Sampai aku dan Tiar begitu dekat, aku tak punya perasaan apapun untuknya, dia saja yang selalu menganggap lebih semuanya.”

Aku mengangguk mengerti.

“Lalu, aku dipaksa ibuku agar segera menikah dengan dia, namun aku menolak dan lebih memilih bertunangan dahulu. Aku tak mau buru-buru, karena aku harus menemuimu dahulu. Aku terpaksa, karena keluarga Tiar sudah banyak membantu kami. Padahal aku tak pernah mencintainya sama sekali.” Rycho memandang lurus, “Hidupku memang pas-pasan, tapi aku masih punya harga diri!! Cinta itu tak bisa ditukar dengan harta apapun !!”.

Aku diam memandanginya,disatu sisi, aku sangat bahagia sekali.. bahwa Rycho juga mencintaiku. Tapi aku tetaplah terkejut mendengar pengakuannya.

“Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang ?”.

“Entahlah..” Ia menarik nafas panjang. “Aku ini sedang melarikan diri. Karena aku tahu, dari dulu setiap sore kau pasti didermaga ini. Ya sudah. Aku pergi kesini saja untuk menemuimu. Sudah lama aku ingin melakukannya, namun selalu gagal.”

“Jadi kau melarikan diri? Melarikan diri bagaimana?!”

“Tiar itu sangat posesif sekali padaku. Sebenarnya, aku sering kesini untuk memperhatikanmu. Itu makanya aku tahu, kebiasaanmu tak pernah berubah. Aku selalu melihatmu dari kaca mobil. Ingin sekali aku berlari memelukmu, namun aku tak bisa. Karena pengawal-pengawal Tiar sangatlah banyak. Aku hanya bisa menangis di dalam hatiku.”

“Dan aku terus berpikir, bagaimana caranya agar lepas dari jangkauan Tiar. Dia perempuan gila ! Mata-matanya ada dimana saja. Mungkin pun sekarang dia sudah ada disekitar sini, mengawasiku.”

“Ya.. kau benar! Aku disini, sayang!”. Seru seorang perempuan yang sangat cantik, gaunnya yang indah, melambai-lambai dihembuskan angin pantai. Perempuan itu berdiri dengan melipat tangan didada dan menatap aku sinis.

“Tiar ??”. Rycho berdiri dengan cepat dan ia sangat terkejut. Aku juga berdiri karena tiba-tiba sosoknya sudah muncul dibelakang kami.

“Kenapa ? Kau terkejut ?! Inikah yang kau katakan, ingin membeli minuman di supermarket ?? Supermarket berduaan di tepi pantai ? Hah ??!!”.

“Terkejut ?! Tidak juga, mungkin sekarang kau harus tau ! aku tak pernah mencintaimu, Tiar! Aku adalah tipe orang yang mencintai sekali dalam seumur hidup ! Karena itulah, aku tak pernah bisa mencintaimu, aku sudah terlanjur memberikan hatiku pada Nitha! Jika aku menyukainya dari awal, maka hal itu tidak salah, kan ? Sejak saat aku memutuskan untuk bersamanya sejak kecil, aku menyukainya. Aku tak menyesali, sekalipun ia tak mencintaiku..”.

“Ohhh..”. Airmata Tiar terjatuh. Kemudian ia langsung mengeluarkan sebuah pistol dari dalam tasnya dan langsung mengarahkan ke arah ku. Namun Rycho langsung mengelakkan tubuhku, aku tak bisa menjaga keseimbanganku dan terjatuh ke dalam air sedalam 7 meter.


“Kau boleh membunuhku, Tiar!!”. Rycho menahan pistol di tangan Tiar dengan kuat, dan mengarahkannya ke atas. “Karena bagaimanapun aku takkan pernah mencintaimu !! tapi kalau kau sampai membunuh dia, aku akan berjanji membunuhmu kembali !!!”.

Tiar menatap mata Rycho dengan tajam. Nafasnya tersengal-sengal. “Daripada kau bersama yang lain, lebih baik kau mati ditanganku !!!”. Pekik Tiar.

“Silahkan bunuh saja aku !!Aku sudah muak dengan semua perlakuanmu !!”.

“Kenapa kau sebodoh ini Rycho ?? Kenapa kau lebih menginginkan gadis miskin dan kumal itu !!! Aku jauh lebih baik daripada dia !! aku bisa belikan semua yang kau inginkan !!”.

“Kau pikir aku hanya menginginkannya ? Ini lebih dari itu. Tanpa dia, aku akan mati. Jadi, aku akan melakukan semua cara. Dan bahkan jika ia datang ke padaku untuk menyelamatkannya, aku nggak peduli. Jika itu yang diperlukan, aku akan melakukannya.. !!! Dan asal kau tahu, bukan karena kau bisa belikan apapun yang aku mau, aku bisa dengan mudah mencintaimu !!”

“Tolong… Cho…!”. Aku masuk kedalam air, aku tak bisa berenang. Aku meronta-ronta berusaha naik ke permukaan namun aku tak bisa. Kejadiannya sangat cepat, sampai aku tidak sempat mengambil nafas. Aku tenggelam ke dalam lautan yang dalam, gelap dan mengerikan. Saat aku berusaha mencapai permukaan, kakiku terlilit oleh rumput di dasar air ini. “ichooo ..!!”. Teriakku dalam hati.

“Hah, Nitha ??!!”. Rycho panik, ia baru ingat kalau aku tak bisa berenang. Dengan segera ia melompat dan menolongku. Ia melepaskan kakiku yang terlilit rumput laut.

Tiar merasa sangat panas sekali melihat Rycho terjun ke air dan menolongku. Ia mengambil pistolnya lagi. Sesaat aku dan Rycho muncul dipermukaan, Tiar langsung menarik pelatuknya, Aku menutup mata pasrah.

“Duaar… !!”. suara pistol itu terdengar nyaring.

Setelah beberapa saat, aku tidak merasakan rasa sakit terkena peluru. Aku membuka mataku, Tiar tak lagi berada disana dan aku melihat Rycho sedang memangku tubuhku diatas lengannya seraya tersenyum padaku.

“Aku belum mati ??”. tanyaku terheran – heran.

Rycho tersenyum lagi, “Kau tidak akan mati, Ntha…”.

Aku menarik nafas, namun aku melihat air disekitarku berubah menjadi merah. “ Darah?! Darah, cho !!”. Aku menyentuh air yang bercampur darah itu. “ Apa kau baik-baik saja ?!”. aku mulai panik.

“Aku tidak apa-apa.. sekarang, naiklah melalui punggungku ke dermaga..”.

Aku menginjak bahunya dan berusaha mencapai tepi dermaga yang tak terlalu jauh dari air. Dengan seluruh kekuatan, aku berhasil berada diatas. Aku mengulurkan tanganku, “Naiklah..”

“Tidak, aku disini saja.. sekarang, aku sudah sangat lega kau selamat..”.

Rycho memegang punggungnya, dan mengedan kuat.

“Kaukah yang tertembak ??! Kau, Rycho ?!!!”.

Rycho tersenyum,”asal aku sudah menyelamatkanmu, dan kau sudah tau perasaanku, itu sudah cukup.”…

“ichooo..!!!”. aku berteriak panik, aku berdiri dan ingin melompat untuk menariknya.

“Jangan.. tolong jangan, nitha .mungkin aku takkan kuat lagi menarikmu dari dasarTolong dengarkan aku..”. Lirih Rycho.

“Tolongggg..!!!” aku berteriak dan mencoba mencari pertolongan, namun suasana dermaga sudah gelap, hanya cahaya lampu-lampu pinggiran yang menerangi. Tak ada satupun orang yang lewat dan mendengar teriakkanku.

“Choo, raihlah tanganku,.. jangan bersikap bodoh !! Raihlah..”. Rycho menjauh semester dari pinggir dermaga. Airmataku mengalir deras. “Aku juga mencintaimu, Rycho..sejak lima belas tahun yang lalu. Aku ikhlas jika kau memang harus bersama Tiar..!Karena aku masih bisa melihatmu!! Tapi kalau kau sampai mati, aku takkan pernah bisa melihatmu lagi!! Jika kau mencintaiku, raihlah tanganku..ku mohon..”.

“Ntha…” Ia menarik nafasnya, air laut semakin berwarna merah dan Rycho semakin pucat. “Kau mencintaiku juga??”. Rycho tersenyum.

Aku mengangguk pelan, “Naiklah..”. “aku mohon padamu, jangan tinggalkan aku untuk selamanya, raihlah tanganku, cho. Kaulah alas an utamaku, selalu duduk di istana kita dan di dermaga ini. Dan sekarang dipinggiran ini jugakah, aku harus melihatmu untuk terakhir kalinya??”.

“baiklah”. Rycho meraih tanganku, dan sekuat tenaga yang tersisa, aku berusaha menariknya ke atas dermaga. Namun Rycho terjatuh lagi. Nafasku sudah tersengal-sengal.

“Biarlah aku disini nitha.. pergilah pulang, ini sudah hampir tengah malam.”

“Bodoh ! Kau juga tak berubah! Bagaimana aku bisa meninggalkanmu! Sementara kau tak berdaya di depan penglihatanku sendiri?!!”.

“Tidak usah perdulikan aku, seperti janjiku tadi.. sekarang aku akan pergi, dengan berpamitan dnganmu..”. suara Rycho semakin melemah saja. Perasaan takut yang besar semakin menyelimutiku.

“Tidak..! kau tak boleh pergi Rycho!” Aku berdiri sebentar mencari sesuatu benda yang bisa membantuku menariknya dari dalam air. Aku melihat sebuah tali tambang yang terletak disebuah perahu nelayan. Aku mengambilnya lalu aku langsung berlari mendapatkan Rycho.

Aku tak melihat Rycho lagi dipermukaan. “choo… rychoo…!!”. Aku berteriak sekuatnya, aku menangis histeris karena ia tak Nampak lagi.


Selang beberapa menit ia muncul lagi.

“Cho.! Raihlah tali ini, dan keluarkanlah semua sisia tenagamu..”.

Rycho mengangguk, wajahnya sudah kelihatan seperti kapas putih. Aku menurunkan tali itu, Rycho menangkapnya, Aku kembali lagi mengumpulkan sisa tenagaku untuk menariknya keatas. “Tuhan, batulah aku..”.

“Bertahanlah, cho! Sedikit lagi.. terus.. jangan lepaskan talinya!!” aku berteriak sambil terus menjauh dari dermaga mengulur tali itu. Sesaat hampir diatas dermaga, Rycho tak mampu menahan berat badannya, ia pun terjatuh kembali. Tali tambang yang satu ujungnya aku pegang, ikut menarikku kencang dan akhirnya aku jatuh kembali kedalam air.

Kami masuk bersama sampai kedasar, aku berusaha menarik tangannya sampai ke atas, namun aku tak bisa. Air banyak masuk kedalam paru-paruku. Dadaku terasa sesak, Aku mencoba lagi, Rycho tertahan oleh rumput laut. Aku menangis, dan menyelam ke dasar, berusaha melepaskan lilitan.

Ntha.. tarik tali ini, ketika aku sudah siap melepaskan layangannya yah !”.

“Iya..”.

“satu.. Dua..Tiga..”.

Nitha berlari sejauh-jauhnya untuk bisa menerbangkan layangan tersebut, namun akhirnya jatuh dan tak bisa terbang.

Nitha tertunduk sedih, “Aku memang takkan bisa bermain layangan sepintarmu..”

“Jangan sedih, aku takkan lelah mengajarimu sampai kau bisa.”

“Benarkah..?”

“Ya..” Rycho tersenyum lebar.

“Ntha, sebaiknya kau beristirahat saja. Kau sudah dari tadi pagi, menjaga ikan-ikanmu disini. Biar aku yang menjaganya.”

“Tidak, aku harus berjualan sampai waktu biasanya, cho.”

“Sudahlah, aku saja ya. Kau mandi saja dahulu dan tidur. Nanti aku yang akan membereskan semuanya. Ok?”. Rycho mengedipkan satu matanya.

“baiklah terimakasih, cho.” Nitha menunduk Hormat. Rycho mengangguk pelan.

“Heiii….!!!”. Rycho mengejutkan Nitha yang sedang duduk dipinggir dermaga.

“Akh..icho..!! Kau mengagetkan aku saja!!”. Kesal Nitha.

“ He hehe..!” Rycho mengacak-acak rambut Nitha. “Nih, aku bawakan biscuit.”.

“Wah, pas sekali. Aku juga sangat lapar!”. Nitha kecil langsung melahapnya, Rycho tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Enak sekali, dari mana kau mendapatkannya? Kau mencurinya yah ??”. Nitha menatap dengan pandangan nakal ke arah Rycho.

“Enak saja! Ibuku yang membawakannya dari rumah tempat ia bekerja.”.

“Hehehe.. terima kasih ya, enak loh..”. Nitha tersenyum dengan lesung pipinya yang khas.

Semua rekaman masa kecilnya dengan Rycho terputar di memori Nitha saat ia berusaha melepaskan lilitan rumput laut dikaki kirinya Rycho. Namun, Nitha pun tak bisa bertahan lama.

Rycho berusaha meraih tangan Nitha, lalu ia memegang kedua tangan Nitha dan terseyum kecil di hadapan wajah Nitha. Kini tangan mereka berdua saling berpegangan erat. Erat sampai selama-lamanya.

Akhirnya, di tempat pertama kali bertemu, ditempat aku selalu setia menunggu. Disitulah ternyata tempat terakhir kami untuk bersatu..”

Setelah pembunuhan yang dilakukan Tiar, tanpa sengaja ia telah membunuh calon suaminya, yang sangat ia cintai itu. Selama di perjalanan pulang kembali ke hotel, Tiar terus menangisi kebodohannya, “Maafkan aku, Rycho.. maafkan aku..”. Tiar meronta-ronta di dalam mobil.


Sesampai di hotel, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menghidupkan shower. Ia duduk di bawah air yang mengalir deras sambil menangis sesenggukan. “Tak seharusnya aku menembak kalian.. Tapi aku tak akan sanggup, jika melihat kalian bersama !! Aku sangat mencintaimu Rycho !! kenapa kau tak pernah bisa membalas cintaku !! Kenapa selalu Nitha.. !!!!”. Tiar mengacak-acak rambutnya dan menghentak-hentakan kakinya. “Pedih sekali rasanya.. aku bisa berada disisimu, namun aku tak pernah berarti apa-apa untukmu..!”. Tiar melihat pistol di dalam tasnya, akhirnya ia mengambilnya dan menembak ke kepalanya sendiri.

“Waktu dan jarak yang terjauh, tidak akan pernah bisa mengalahkan kekuatan cinta”

“Kau takkan pernah bisa memaksakan perasaan. Jika kau memang benar-benar mencintai seseorang, ikhlaskanlah. Caramu mencintai itulah yang disebut cinta sejati. Bukan tentang siapa yang kau cintai”

“Cinta pertama adalah cinta sejatimu.”(William Shakespeare)

SELESAI